Kamis, 19 Juni 2014

ORANG SYIAH MENGKULTUSKAN ALI, BENARKAH ? MENJAWAB TUDUHAN KAUM SALAFI III



Ali adalah Wajah Allah

Dalam berbagai situs-situs mereka, kaum salafi-takfiri menyebarkan issue bahwa orang syiah telah terjerumus dalam penyimpangan, karena meyakini bahwa Ali adalah wajah Allah.  Dengan trik ini, mereka hendak mengarahkan pembacanya mempercayai propaganda bahwa orang syiah meyakini Ali adalah bagian dari tubuh tuhan mereka .Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.Pada pembahasan ini, saya akan mengajak saudara pembaca untuk berfikir dan menjadi hakim dengan akal fkiran saudara pembaca untuk kemudian menyimpulkan, apakah kami atau mereka  yang menyimpang dari Aqidah yang lurus.

Kaum wahabi memahami bahwa Allah memiliki tangan sebagaimana halnya manusia., Allah duduk di Arasy sebagaimana manusia yang duduk di kusi, dan mereka pun meyakini bahwa Allah memiliki wajah sebagaiamana manusia memiliki wajah. Aqidah ini dikenal dengan aqidah tajsim atau jisimiyah sebagaimana kaum Yahudi meyakini Tuhan mereka, yaitu meyakini bahwa Dzat Ilahi itu seperti makhluq, terdiri dari bagian-bagian seperti tangan , kaki, kepala. Maha suci Tuhan dari apa yang mereka sifatkan.Selanjutnya, dengan keyakinan sesat tersebut, mereka menuduh orang syiah meyakini " ALi wajah Allah" dalam sudut pandang mereka yang sempit dan salah.KAMI TIDAK PERNAH MEYAKINI BAHWA ALI ADALAH WAJAH ALLAH DALAM KONTEKS ALI ADALAH BAGIAN DARI TUBUH TUHAN ATAU BAGIAN DARI DZAT TUHAN, ITU ADALAH PEMAHAMAN YANG SESAT DAN KELIRU YANG HANYA ADA DALAM KERANGKA BERFIKIRNYA KAUM SALAFI TAKFIRI.

Mereka kaum salafi-wahabi –takfiri meyakini bahwa istilah-istilah Alquran seperti “ tangan Allah “, “kaki Allah” , “ wajah Allah” , tidak boleh ditakwilkan. Maka menurut mereka , kafirlah orang-orang yang mentakwilkan “ tangan Allah” adalah kekuasaan, “ wajah Allah” adalah keindahan perwujudan alam semesta sebagai manifestasi ilmu dan kuasaNya Ilahi. Bagi mereka, tangan Allah adalah betul-betul tangannya Allah, dan “wajah Allah” adalah betul-betul adalah wajahnya Allah. Mereka menganggap sesat para ulama yang berani mentakwilkan istilah-istilah tersebut, akan tetapi tanpa sadar mereka pun telah “berani” mentakwilkan istilah-istilah tersebut dengan penakwilan secara tekstual harfiah, dengan keterbatasan pemahaman mereka  bahwa tuhan itu benar-benar berwujud fisik. Bila mereka kaum salafi mengharamkan penakwilan, mengapa mereka pun menakwilkan istilah-istilah  tersebut secara tekstual? 

Para Mufasir syiah  ternyata tidak sependapat dengan penakwilan “Wajah Allah”  sebagaimana yang difahami kaum pengikut agama Salafi, yakni wajah difahami benar-benar wajah, yaitu bagian dari “ kepala “Nya Allah (subhanallahi amma yushifun). MEYAKINI BAHWA TUHAN TERDIRI DARI BAGIAN-BAGIAN ADALAH KEYAKINAN YANG DIANGGAP BATHIL OLEH PARA ULAMA SYIAH. Para teolog , mufasir dan ulama syiah senada dalam satu keyakinan bahwa Dzat Azza wajalla yang suci itu adalah tidak terdiri dari bagian-bagian sebagaimana yang diyakini kaum pengikut agama salafi dan agama Yahudi pada umumnya. Maka para mufasir syiah memahami bahwa term “ WAJH ALLAH “ ini adalah suatu istilah majazi yang digunakan Qur`an , PARA ULAMA KAMI  SEKEYAKINAN BAHWA “WAJAH ALLAH” BUKANLAH TERMASUK BAGIAN DARI DZAT ALLAH, bukan bagian dari “tubuh” Tuhan.Maha suci Tuhan dari terbagi-bagi kedalam bagian bagian, maha suci Tuhan dari kesamaan dengan makhluk sebagaimana yang diyakini kaum salafi-takfiri.

Pembahasan tentang “wajah Allah” adalah pembahasan yang sangat rumit dan cukup berat. Beberapa buku ulama syiah yang mencoba memberikan gambaran penafsiran “Wajah Allah” pernah coba saya lalap, tapi rasanya cukup berat saya rasakan untuk memahaminya. Akan tetapi Ust Jalaludin Rahmat , salah seorang tokoh syiah Indonesia dalam salah satu ceramahnya pernah memberikan penjelasan tentang tafsir “Wajah Allah” menurut Allamah Thoba-thobai dengan penjelasan sederhana yang bagi saya cukup mudah dimengerti. Dalam salah satu ceramahnya, Kang Jalal menceritakan tentang salah seorang temannya, orang asing yang tampak begitu terkaget-kaget melihat para pengamen , gelandangan dan anak-anak jalanan setibanya dari bandara . “Kontan Kang Jalal berkomentar singkat ,” Inilah wajah Indonesia tuan !” .Tamu asing tersebut mengangguk-angguk tanda mengerti. 

Pengamen, anak jalanan dan gelandangan adalah “Wajah Indonesia”. Saudara bisa dengan mudah memahami istilah ini, bahwa “wajah Indonedia “ bukan artinya bahwa Indonesia memiliki bagian-bagian tubuh termasuk wajah. Akan tetapi “ wajah Indonesia” di sini artinya bahwa dengan melihat mereka (anak-anak jalanan tersebut) kita dapat menyaksikan gambaran utuh yang didalamnya tergambar  keadaan ekonomi bangsa Indonesia yang timpang. 

Dalam bahasa Arab kata wajah  juga menjadi lambang kehormatan seperti dalam istilah Arab; araq ma’ wajhih yang secara harfiah berarti “menumpahkan air ke wajahnya”, yakni menjual harga dirinya. Dalam konteks al-Qur’an pun disebutkan term wajah, orientasi dan arah mempunyai akar kata yang sama, yakni (w-j-h); wajh (wajah), wijhah (arah), ittijah, jihah (orientasi, arah). Seperti; “mengarahkan wajah”, maksudnya adalah “menempuh” atau “mengikuti” sebuah arah, atau “menundukkan wajahnya kepada Allah” artinya mengikuti ajaran-ajaranNya dengan sepenuh hati, dan melangkah pada arah yang diperintahkanNya. Kata wajh (wajah) atau wajih dalam bahasa Arab juga mengandung arti kepala atau pemimpin suatu komunitas. Ketika para malaikat memberitahu Maryam bahwa Allah memberinya kabar gembira bahwa ia akan mempunyai seorang anak laki-laki; Isa, mereka mengatakan anak itu akan menjadi wajih – yang mnempunya wajah , maksudnya  seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat kelak; salah satu dari orang-orang yang didekatkan pada Allah (QS Alu Imran : 45)

Maka “wajah Allah “ merupakan sesuatu yang bukan Dzat Allah , yang merupakan wujud keagungan Ilmu Ilahi, yang merupakan cermin penggambaran kesempurnaan Keagungan Ilmu Ilahi. Dengan melihat cermin yang kita menyebutnya “Wajah Allah” ini, kita akan menyaksikan keMaha Sempurnaan dan ke Maha Agungan Pencipta.  

Alam Semesta yang teratur, luas  dan indah dalam penafsian sufistiknya Ibnu Arabi merupakan “wajah Allah” , kemanapun kita mengahdap , kita dilingkupi oleh alam semesta yang teratur   , dan luas seolah tanpa arah , Qur`an mengistilahkannya dengan “wajah Allah”  .Al-Qur’an yang membahas masalah wajah Tuhan dalam konteks ini adalah surat al-Baqarah ayat 115 yang bermakna; Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap, disitulah Wajah Allah. Alam semesta yang begitu luas tak terhingga meru`pakan` “ wajah Ilahi” yang dengan menyaksikannya kita dapat melihat ketidak terbatasan Ilmu Ilahi dimana seluruh akal tunduk takjub.`

Maka bila arah yang merupakan ciptaan Allah diis`tilahkan dengan “wajah Allah” , bagitupun halnya dengan PARA NABI, IMAM. DAN PARA WALI, YANG MERUPAKAN SEBAIK-BAIK MAKHLUQ, CIPTAAN TUHAN YANG TERBAIK.MEREKA ADALAH “WAJAH ALLAH” yang dengan menyaksikan mereka kita akan tunduk takjub pada keagungan Ilahi. Yang dengan menyaksikan mereka kita akan teringat dengan Allah dan jalan tauhid. Rasululah Muhammad merupakan “wajah Allah” yang dengan menyaksikan keperibadian beliau saw nya saw kita akan melihat pancaran  sifat-sifat kelembutan Ilahi sebagaimana yang digambarkan Alqur`an :, “Laqad jaa-akum rasulun min anfusikum, ‘azizun alihi maa ‘anittum, harisun ‘alaikum bil mu’minina raufur rahim” (Telah datang seorang rasul kepadamu dari golonganmu sendiri. Terasa amat berat apa yang kamu derita, ia sangat menginginkan kebaikan bagimu. Terhadap mu’min ia santun lagi kasih sayang). Q:s 9:128.Dalam ayat ini , Qur`an menyebutkan kepribadian rasulullah itu Rouf dan rahim. Bukankah Rauf dan rahim ini adalah asma-asma Ilahi ?

Itulah sebabnya kami mayakini bahwa Rasulullah merupakan salah satu “Wajah Ilahi”, yang melalui beliau terpancar Sifat Rauf dan RahimNya Ilahi . Demikian pula Imam Ali, para Nabi, dan Para waliyullah. Melalui keagungan sifat-sifat mereka kita dapat menyakisikan pancaran sifat-sifat lembut dan agung Ilahi. SYIAH TIDAK PERNAH MENYATAKAN WAJAH ALLAH ITU HANYALAH ALI. PERNYATAAN BAHWA ORANG SYIAH MEYAKINI WAJAH ALLAH ITU ADALAH ( DAN HANYALAH) ALI, ADALAH KEBOHONGAN YANG DISEBARKAN MUSUH-MUSUH AHLULBAIT, TETAPI KAMI MEYAKINI BAHWA  SELURUH MANUSIA-MANUSIA AGUNG SEPANJANG SEJARAH YANG ALLAH PUJI, YAITU PARA NABI DAN RASUL, PARA IMAM DAN PARA WALI, MEREKALAH WAJAH ILAHI. YANG MELALUI MEREKALAH KITA DAPAT MENGNGAT KEBESARAN DAN KEAGUNGAN ILAHI.

ULAMA  SYIAH MENGAMBIL HIKMAH DAN SUNNAH MELALUI ALI

Kami mengambil ilmu hikmah Rasulullah dan sunnah beliau saww melalui Ali dan para Imam ahlulbait. Karena kami meyakini bahwa sunnah Ali adalah sunnahnya Rasulullah, begitupun sebaliknya. ARtinya seluruh yang difahami Ali adalah beliau dapatkan dari Rasulullah. Satu-satunya sahabat dan keluarga beliau yang mampu menyerap seluruh pancaran ilmu Nubuwah dari Rasulullah hanyalah Ali, itulah yang kami yakini.  

Kaum ahlusunnah mengambil sunnah Nabi dari para sahabat. Mereka meyakini bahwa apa yang didapat sahabat dari Rasulullah seluruhnya terserap oleh sahabat dan ilmu tersebut dipancarkan kembali oleh para sahabat melalui hadist-hadsit yang mereka riwayatkan. Kita sebut saja mereka ini adalah ISLAM MADRASAH SAHABAT. Sementara kami mengambil sunnah  dari Ali. Kami meyakini satu-satunya sahabat dan keluarga beliau yang mampu menyerap seluruh pancaran ilmu Nubuwah dari Rasulullah saw hanyalah Ali, kemudian setelah itu Hasan, Hussein dan seterusnya hingga Imam yang ke 12 atas mereka kesejahteraan. INILAH ISLAM MADRASAH KELUARGA DAN ANAK TURUNAN NABI, MADRASAH AHLULBAIT.
Jâbir bin Abdillah berkata: “Pada peristiwa Hudaibiyah, aku mende-ngar Rasulullah saw. bersabda sambil memegang tangan Ali as.: “Orang ini adalah pemimpin orang-orang saleh, pembasmi orang-orang zalim, akan ditolong siapa yang membelanya, dan akan terhina siapa yang menghinanya.’ Lalunya mengeraskan suaranya: “Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasuki rumah, hendaklah ia masuk melalui pintunya.’” Târîkh Bagdad, Jil. 2/ 377.

Ibn Abbâs berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasuki kota, maka hendaklah ia mendatangi pintunya.” Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 6/ 401.
Rasulullah saw. bersabda: “Ali adalah pintu ilmuku dan penjelas risalahku kepada umatku sepeninggalku nanti. Mencintainya adalah iman, memurkainya adalah kemunafikan, dan memandangnya adalah kasih sayang.” Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 6/ 156; As-Shawâ‘iq Al-Muhriqah, hal. 73.

Itulah alasannya mengapa kami berpegang kepada Ali sesudah Rasulullah.Disamping itu, hadist-hadist lain memberitakan pada kita bahwa dalam segenap perselisihan yang terjadi di kalangan ummat, Ali adalah penjelas dari apa yang mereka perselisihkan. Rasul;ullah bersabda <” Kamu adalah penjelas terhadap ummatku apa-apa yang mereka perselisihkan sesudah aku .”  silakan rujuk Mustadrak Alhakim jilid 3 hal 122 / Muntakhab Kanzul Ummal Musnad Ahmad jilid 5 hal 133 .

Selanjutnya Rasulullah bersabda mengenai kepemimpinan Ali sesudah beliau ,” Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk surge yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld. MAKA HENDAKLAH IA BERWILAYAH KEPADA ALI DAN KETURUNAN SESUDAHNYA , KARENA SESUNGGUHNYA MEREKA TIDAK AKAN MENGELUARKANMU DARI PETUNJUK DAN TIDAK AKAN MEMASUKANMU KE DALAM PINTU KESESATAN.” Silakan rujuk Sahih Bukhari jilid 5 hal 65 cetakan Darul Fikri , atau Bukhari jilid 5 hal 159 cetakan Matabi` Asysya`b. Dalam Sahih Muslim, hadist senada bisa dilihat di jilid 2 , halaman  51, cetakan Alhalabi ; jilid 5 hal 119 cetakan Syirkah Al `ilanat.

Itulah alasannya mengapa kami mengkultuskan Ali, karena Rasulullah memerintahkan kita semua untuk mengkultuskan Ali setelah Nabi. Selanjutnya bila ada salafiyun yang mempermasalahkan hadist-hadits tersebut, maka kami akan bertanya : BUKANKAH SELURUH HADIT TERSEBUT YANG KAMI TUNJUKAN ADALAH RUJUKAN AHLUSUNNAH? BILA KALIAN SENDIRI MENGINGKARI DAN MENOLAKNYA, BUKANKAH SEMUA ITU ADALAH RUJUKAN KALIAN? BILA KALIAN SENDIRI MENGINGKARINYA , MENGAPA KAMI DITUDUH SESAT KARENA MENOLAK BERPEGANG PADA HADIST-HADIST RIWAYAT AHLUSUNNAH, SEMENTARA KALIAN SENDIRI PUN MENOLAK HADIST-HADIST YANG ADA DALAM KITAB RUJUKAN KALIAN SENDIRI . JIKA KALIAN SENDIRI MERAGUKANNYA ,  MENGAPA KAMI DIPAKSA MEYAKINI SESUATU YANG KALIAN SENDIRIPUN MERAGUKANNYA DAN KAMI DICAP SESAT KARENA MENOLAK APA-APA YANG KALIAN YAKINI ?


Ilmu Imam Ali as Dalam Bidang Matematikahttp://www.balaghah.net/nahj-htm/id/id/makalah/9006/026.htm

Upah Penggali Sumur
Dia sepakat dengan seorang penyewanya akan menggali sumur sedalam 10 kali tinggi badan, dengan upah 10 dirham. Si penggali sumur tiba-tiba berhenti, setelah menggali sedalam 1 tinggi badan. Mereka kemudia menemui Amirul Mukminin as untuk bertanya, berapa upah si penggali sumur ini? Imam Ali as menjawab, “Bagilah 10 dirham menjadi 55 bagian, satu bagian darinya berikan kepada penggali sumur.”
Salah satu masalah matematika, karena usaha menggali tanah dengan kedalaman 2 meter sama dengan dua kali lipat menggali tanah dari kedalaman 1 meter, dan seterusnya sampai kedalaman 10 meter.
Untuk menghitung upah dalam tiap tinggi badan, perhitungan kita untuk sumur adalah: 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10=55.
Dengan argumen inilah, Imam Ali as mengatakan, “Bagilah 10 dirham menjadi 55 bagian.” Misalnya, jika upah menggali sumur sedalam 10 meter itu adalah 5500 rupiah, maka upah setiap meternya adalah:
5500/55= 100 rupiah upah menggali 1 meter pertama.
100 x 2 = 200 rupiah upah menggali meter kedua.
100 x 3 = 300 rupiah upah menggali meter ketiga.
100 x 4 = 400 rupiah upah menggali meter keempat.
100 x 5 = 500 rupiah upah menggali meter kelima.
100 x 6 = 600 rupiah upah menggali meter keenam.
100 x 7 = 700 rupiah upah menggali meter ketujuh.
100 x 8 = 800 rupiah upah menggali meter kedelapan.
100 x 9 = 900 rupiah upah menggali meter kesembilan.
100 x 10 = 1000 rupiah upah menggali meter kesepuluh.
Oleh karena itu, ketika masalah tersebut dinyatakan kepada Imam Shadiq as, beliau menjawab, “Bagilah 10 dirham menjadi 55 bagian dan seperlima puluhnya diberikan kepada si penggali sumur.”[1]
Penyelesaian Perselisihan
Dua orang dalam perjalanan duduk di depan meja makan, yang satu mengeluarkan 5 potong roti, dan yang lain mengeluarkan 3 potong roti. Keduanya meletakkan roti di atas satu meja. Ketika hendak makan, datang orang Arab dan duduk bersam mereka. Salah satu kebiasaan orang Arab jika lapar dan ada makanan di atas meja makan, mereka akan duduk untuk makan. Maka tiga orang tersebut makan bersama 8 potong roti di atas satu meja. Si tamu (orang Arab) menaruh delapan dirham di atas meja lalu pergi. Kemudian dua orang itu berselisih dalam membagi 8 dirham, pasalnya pemilik 5 potong roti ingin mengambil 5 dirham dan sisanya 3 dirham diberikan pada pemilik 3 potong roti tetapi tidak setuju. Akhirnya, mereka terpaksa mendatangi Imam Ali as.
Imam Ali as berkata, “Damai saja kalian!” Tetapi mereka tidak mau berdamai. Mereka meminta penjelasan yang benar dari Imam Ali as. Beliau berkata, “Tujuh dirham untuk di pemilik 5 potong roti dan 1 dirham untukmu (si pemilik 3 potong roti).” Si pemilik 5 potong roti merasa heran dan ingin penjelasan yang lebih terang dari Imam Ali as. Beliau as berkata, “Kalian (3 orang) masing-masing telah makan 2 2/3 dari semua roti di atas meja; 2 2/3 x 3= 8/3 x 3/1= 24/3= 8 (roti). Kamu yang punya 3 potong roti telah makan dari 2 2/3 roti tersebut dan si tamu (orang Arab) cuma makan 1/3 dari rotimu dan 2 1/3 dari 5 potong roti milik kawanmu, dan 2 1/3 (yang telah dimakan si tamu) sama dengan tujuh kalinya 1/3. jadi dari 8 dirham ini, 7 dirham milik kawanmu dan 1 dirham sisanya adalah milikmu.”[2]
Masa Tidurnya Ashabul Kahfi
Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus dan ditambah sembilan tahun (lagi).”[3]
Banyak sekali keajaiban yang ada dalam al-Qur’an, salah satunya adalah kisah Ashabul Kahfi:
1-   Arti kata “yaum” dalam bahasa Aran adalah hari, dan disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 365 kali.
2-   Arti kata “syahr” adalah bulan, disebutkan 12 kali.
3-   Kata “Imam” dalam bentuk tunggal dan jamak disebutkan 12 kali.
4-   Kata “rajul” yang artinya adalah laki-laki, disebut sampai 24 kali.
5-   Kata “imra’ah” yang artinya adalah wanita, juga disebut sampai 24 kali.
6-   Kata “dunya” dan “akhirah” masing-masing sebanyak 115 kali.
7-   Tentang berapa lama waktu tidurnya Ashabul Kahfi, ayat di atas menyebutkan 300 tahun dan juga 309 tahun.
Pernah seorang alim Bani Israel bertanya kepada Imam Ali as, “Disebutkan dalam kitab kami Taurat, bahwa lamanya tidur Ashabul Kahfi 300 tahun. Kisah ini terdapat dalam kitab Taurat tidak berarti Ashbul Kahfi hidup sebelum zaman Nabi Musa as, karena ulama Yahudi menambahkan peristiwa-peristiwa di zaman Musa as menurut apa yang tertinggal dalam Taurat yang asli, kemudian kitab ini secara bertahap menjadi sempurna sebagaimana bentuk yang ada sekarang ini. Sedangkan kitab Anda al-Qur’an menyebutkan 309!” islamshia-w.com

[1]Kafi Syarif, jil 7, hal. 422, 433; al-Muqni, hal. 402; Wasailusy Syi’ah, jilid 19, hal. 159.
[2]Biharul Anwar, juz 40, hal 263; Nasikhut Tawarikh, jilid 5, hal. 78.
[3]QS. Al-Kahfi [18]: 25.

Imam Ali dan Matematika

posted by:
noenknoenk
Imam Ali bin Abi Thalib, diberkahi Allah dengan kemampuan matematika yang luar biasa. Berikut ini adalah beberapa cerita menarik, tentang kecemerlangan ilmu Imam Ali

Bilangan Bulat dan bilangan Pecahan

Suatu Hari, seorang Yahudi datang kepada Imam Ali (as.), untuk menguji kecerdasan Imam Ali (as.), “aku akan bertanya kepadanya, sebuah pertanyaan yang sulit untuk ia jawab, aku yakin, dia tidak akan mampu menjawabnya dan aku akan memiliki kesempatan untuk mempermalukannya di depan semua orang Arab”.

orang yahudi itu bertanya, “Imam Ali, katakan kepadaku tentang sebuah angka, yang ketika kita, membagi angka tersebut, dengan angka 1 sampai 10, jawabannya yaitu selalu bilangan bulat, dan bukan bilangan pecahan?”

Imam Ali (as.) menjawab, “hitunglah jumlah hari dalam setahun, dan kalikan dengan jumlah hari dalam seminggu, dan Anda akan memiliki jawaban Anda.”

lalu Orang Yahudi itu, menghitung jawaban Imam Ali (as), yang diberikan kepadanya.

Kemudian, ia menemukan hasilnya sebagai berikut:
- Jumlah Hari dalam 1 Tahun = 360 (kalender Arab)
- Jumlah Hari dalam 1 Minggu = 7
- hasil perkalian dari dua angka diatas = 360×7 = 2520

Sekarang buktikan …

2520 ÷ 1 = 2520
2520 ÷ 2 = 1260
2520 ÷ 3 = 840
2520 ÷ 4 = 630
2520 ÷ 5 = 504
2520 ÷ 6 = 420
2520 ÷ 7 = 360
2520 ÷ 8 = 315
2520 ÷ 9 = 280
2520 ÷ 10 = 252

kisah tentang Lima Roti

Zar Bin Hobeish, menceritakan kisah ini: Dua pengembara duduk bersama dan mereka makan roti. pengembara pertama, mempunyai 5 roti; pengembara kedua, mempunyai 3 roti. lalu datanglah Pengembara ketiga, melintas di depan mereka, dan atas permintaan dari pengembara pertama dan pengembara kedua, pengembara ketiga ini diajak untuk bergabung dan menikmati roti mereka. lalu Para pengembara memotong masing-masing roti yang jumlahnya 8, menjadi tiga bagian yang sama. Masing-masing dari pengembara tersebut, makan delapan potongan roti.

Pada saat pengembara ketiga meninggalkan keduanya, ia mengeluarkan uang sebesar 8 dirham, dan diberikan kepada kedua pengembara tersebut, yang telah menawarkan makanan kepadanya. Setelah menerima uang, kedua pengembara itu, mulai berselisih tentang pembagian uang tersebut. Pengembara pertama dengan 5 roti, meminta bagian, berupa uang lima dirham. Pengembara kedua dengan tiga roti, bersikeras membagi uang, menjadi dua bagian yang sama (masing-masing 4 dirham ).

Perselisihan ini akhirnya dibawa kepada Imam Ali (as.).
Imam Ali (as.) meminta pengembara kedua, yang punya 3 roti, untuk menerima uang tiga dirham, karena pengembara pertama, yang punya lima roti, telah lebih adil kepada anda. Pengembara kedua, menolak dan mengatakan bahwa, ia akan bersikeras untuk mendapatkan uang empat dirham.
lalu Imam Ali (as.) menjawab, “Anda hanya berhak memiliki satu dirham. Anda berdua memiliki 8 roti (5+3). Setiap roti dipotong, menjadi tiga bagian yang sama. Oleh karena itu, Anda memiliki 24 bagian yang sama, 8×3 = 24. Tiga roti anda(pengembara yang kedua) menjadi 9 bagian, kemudian dari 9 bagian roti tersebut, telah Anda makan 8 porsi, dan anda hanya memberikan 1 porsi, untuk pengembara ketiga. (3×3)=9; 9-8 = 1.
pengembara pertama, yang memiliki 5 roti, kemudian dipotong menjadi 3 bagian yang sama, jadi 15 porsi. Ia makan 8 porsi, dan sisanya, yaitu 7 porsi, diberikan kepada pengembara ketiga.(5×3)=15; 15-8 = 7.
Jadi, pengembara kedua, harus mendapatkan satu dirham, dan pengembara pertama, harus menerima tujuh dirham.“

Pembagian harta Warisan

sebelum meninggal, ada seseorang menulis surat wasiat sebagai berikut:

"Saya memiliki 17 unta, dan saya punya 3 anak laki-laki. Bagilah unta saya tersebut kepada anak-anakku, sehingga anak sulung saya, mendapat setengah dari seluruh unta saya (17), anakku yang kedua, mendapatkan 1/3 dari seluruh unta saya (17) dan putra bungsu saya, mendapatkan 1/9 dari seluruh Unta saya (17)."

Setelah orang tersebut meninggal, anak-anaknya kemudian membaca surat wasiat tersebut, dan mereka sangat bingung, dan berkata, "bagaimana kita bisa membagi 17 unta ini.?"

kemudian mereka datang kepada Imam Ali (AS), dan meminta pendapat imam ali (as).

Imam Ali (AS) berkata, "baiklah, aku akan membagi 17 unta tersebut, sesuai dengan surat wasiat yang disebutkan."

kemudian Imam Ali (AS) berkata, "Aku akan meminjamkan satu untaku, sehingga totalnya menjadi 18 (17 +1 = 18), dan memungkinkan untuk membagi unta tersebut, sesuai surat wasiat."

Anak sulung, mendapat 1/2, dari 18 unta = 9
anak Kedua, mendapat 1/3, dari 18 unta = 6
anak Bungsu, mendapat 1/9, dari 18 unta = 2

jumlah unta = 17 (9 + 6 + 2 = 17)

Kemudian Imam Ali (AS) berkata, "Sekarang, aku akan mengambil untaku kembali."
http://nayrachedq.blogspot.com/2010/11/imam-ali-dan-matematika.html


Selasa, 03 Juni 2014

ORANG SYIAH MENGKULTUSKAN ALI, BENARKAH ? MENJAWAB TUDUHAN KAUM SALAFI II




Oleh Ki Akbar / Abu Sadra
Ali dan Para Imam Ahlul Bait Memiliki Pengetahuan Gaib dan Karomah dari Allah SWT


Meyakini hal tersebut di atas adalah memang keyakinan kami muslim syiah. Dengan keyakinan tersebut kami tidak hanya disebut-sebut mengkultuskan Ali bahkan mereka kaum salafi menganggap kami kafir dan sesat. Seandainya meyakini Ali memiliki pengetahuan gaib dan karomah dianggap salafiyun sebagai kesesatan., bukankah mayoritas muslim ahlusunah di Indonesia meyakini bahwa walisongo juga memiliki pengetahuan gaib dan karomah.Bukankah muslimin  Nahdatul Ulama dan para pengamal tarekat juga meyakini bahwa Syeih Abdul Qodir Jailani dan para kiayi langitan NU juga memiliki pengetahuan gaib dan karomah.
  Suatu hari seorang pengikut  agama wahabi salafi komen di group facebook saya,’”salah satu kesesatan syiah adalah karena mereka meyakini Ali  mempunyai pengetahuan gaib dan dapat berbicara dengan malaikat.Ini adalah keyakinan orang-orang yang dungu.Bukankah Nabi sendiri  tidak mengetahui hal gaib dan bukankah hanya para Nabi saja yang mampu berbicara dengan malaikat atas ijin Allah.”
Saya jawab ,” Keyakinan ente bahwa hanya para Nabi saja yang mampu berbicara dengan malaikat dan berinteraksi dengan alam malaikat adalah keyakinan batil yang bertentangan dengan Alquran. Justeru Qur`an suci menyebutkan berbagai kisah bahwa manusia saleh selain Nabi pun bisa berbincang-bincang dengan malaikat , berinteraksi dengan alam gaib dan menerima wahyu. Misalnya dalam kisah Maryam, quran menceritakan tentang seorang wanita suci yang  mempunyai karomah diosisi Allah. Dalam quran diceritakan bahwa Setiap kali Nabi Zakariya Alaihis Salam memasuki mihrab Sayidah Maryam as untuk menemuinya, maka ia mendapati makanan di sisinya, sehingga ia bertanya: “Hai Maryam, dari mana kamu mendapatkan makanan tersebut?” Pertanyaan itu dilontarkan Nabi Zakariya kepadanya, karena tidak ada orang lain yang turut memeliharanya selain Nabi Zakariya Alaihis Salam. Maryam pun menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (Ali ‘Imran: 37). Di mihrab tersebut Maryam , seorang wanita saleh yang bukan nabi berinteraksi dengan alam malaikat. Bahkan Surat Maryam pun memberitakan bahwa sang wanita saleh ini di berikan keistimewaan oleh Allah dapat bercakap-cakap dengan malaikat sebagai mana yang tertulis dalam surat maryam ayatb 24-26.apakah ente keberatan dengan al Quran yang dengan tegas membantah keyakinan ente bahwa hanya nabi saja yang dapat bercakap-cakap dengan malaikat .”
Selanjutnya saya menambahkan ,”Tidak hanya Maryam alaihassalam, Khidir yang diyakini bukan seorang Nabi oleh kaum agama Salafi dan sebagian ulama Islam juga dianugerahi pandangan mata batin yang menembus ruang dan waktu. Kisah tentang khidir yang dengan kemampuan visi gaibnya ini, dituturkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Dengan visi Ilahinya, khidir mampu “menerawang” ke masa yang akan datang. Selain Khidir, Qur`an mengisahkan pula tentang seorang ulama ahlikitab di zaman Sulaiman yang dianugerahi kemampuan memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejap , suatu kemampuan yang Musa sendiripun sebagai seorang Nabi tidak memilikinya “
“ Lo, yang memindahkan singgasana Ratu Balqis itu kan seekor Jin bernama Ifrit.” Selanya. Langsung saya jawab,” Nah, ini membuktikan bahwa ngaji ente masih disitu-situ saja. Yang ente bahas dari tahun ke tahun dalam pengajian ente cuma Bab Bid`ah-.. bid`ah dan bid`ah, ilmu ente ga nambah-nambah. KArena itu coba sekali-kali ngaji di tempat lain, jangan fanatik ngaji dio ustadz Salafi aja. Padahal pembahasan Alquran itu begitu luas. Ini ane tunjukin ayat  berikut dan silakan periksa Quran ente barangkali ente masih menuduh bahwa ayat ini dari Qur`annya orang syiah yang ada dalam alam khayal ente :  

“Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya).” (QS. An Naml (27): 38-40).

Bukankah semakin jelas dan terang benderang bahwa dalam ayat disebutkan bahwa yang memindahkan singgasana bukanlah Ifrit, tetapi seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab (Taurat) . Kitab Tafsir menyebutkan bahwa namanya adalah Ashif bin Balkhiya. Bila Quran menyebutkan bahwa seorang yang berilmu Kitab Taurat saja mampu memindahkan singgasana Balqis, maka tentunya bukan mustahil seorang Ali yang merupakan pintu ilmunya Nabi yang mewarisi Alquran yang lebih agung dari Taurat tidak mampu melakukan hal yang demikian.”

Setelah itu saya kembali bertanya pada salafiyun yang diam terpaku tanpa mampu menjawab ,” Bukankah ayat-ayat yang ane tunjukan ini dengan terang benderang membuktikan bahwa keyakinan ente bahwa hanya Nabi saja yang diberikan kemampuan gaib oleh Allah adalah sebuah keyakinan batil yang bertentangan dengan ALqur`an. Bukan begitu ? “
Penyebutan "Alaihissalam" untuk ALi

“ Selama ini memang kebiasaan muslim ahllusunnah menyebut para Nabi dengan sebutan `alaihi salam . Ini adalah sebuah tradisi kaum muslimin. Kita tidak pernah menemukan adanya hadist yang memerintahkan bahwa sebutan `alaihi salam hanya bagi para nabi dan rasul saja, selain mereka haram, tidak ada nash yang menyebutkan hal tersebut. Karena itu, berbeda dengan Muslimin pada umumnya, kaum muslimin  syiah memiliki kebiasaan menyebut `alaihi salam tidak hanya kepada para Nabi dan Rasul saja, para ibunda Rasul yang sholeh pun kami mengucapkan `alaiha salam. Seperti Siti Hajar `alaiha salam, siti Maryam `alaiha salam. ”

“ Bahkan para Imam pun  mendapat sebutan `alaihi salam setiap kali menyebut nama mereka `alaihimus salam, termasuk di dalamnya penyebutan untuk Imam `Ali karena beliau adalah termasuk salah satu Imam kami.  Dan tradisi ini tidak bertentangan dengan Qur`an suci. Dalam Qur`an Surat 20 ayat 47 disebutkan begini ; Dan selamat sejahtera ( salam ) bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk agama Allah  . Dalam ayat lainnya , yaitu Surat 6 ayat 54 disebutkan Dan apabila dating orang-orang yang beriman pada ayat-ayat kami , maka katakanlah “ atasmu salam “ . Jadi , Qur`an mengisyaratkan bahwa orang-orang mukmin yang mengikuti petunjuk selain Nabi juga berhak digelari `alaihi salam , atau salam atas mereka . Apakah Imam Ali bukan orang mukmin sehingga kita diharamkan mengatakan salam atasnya ? Apakah beliau bukan orang yang mendapat petunjuk  hingga kita tidak boleh mengucapkan salam bagi beliau ? “

Saya pun melanjutkan ,” Kami menyebut `Ali dengan sebutan `Ali `alaihisalam karena kami meyakini bahwa beliau mendapat petunjuk dan beliau adalah mukmin haqqi, bukan karena meyakini beliau adalah Nabi. Dalam seluruh kitab-kitab syiah kita akan temukan  predikat Amirulmukminin Ali atau  Sayidina Ali, tapi kita tidak akan pernah temukan kata  Nabi `Ali, tidak ada dan tidak pernah ada. Kecuali barangkali dalam situs-situs Salafi-wahabi pembenci syiah. Seperti halnya antum akan temukan penyebutan  Sayidah Hajar `alaiha salam, atau sayidah Maryam `alaiha salam,  bukan karena mereka adalah Nabi, tapi karena keshalehan dan keimanan mereka. Jadi, kalau ada Ustadz  Salafi yang mengaku ahlisyiah mengatakan bahwa bukti bahwa orang syiah menganggap Ali sebagai Nabi adalah dengan menyebut `alaihi salam dibelakang nama `Ali. Ini adalah fitnah murahan. Tidak ada hubungan antara kata `alaihi salam dengan kenabian .”

Derajat Ali di atas derajat Para Malaikat 

Kedudukan khalifah adalah suatu kedudukan yang teramat tinggi, sehingga  para malaikatpun bahkan diperintahkan untuk bersujud kepada Sang Khalifah sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas . Saat para malaikat “mempertanyakan”  kedudukan Sang Khalifah Ilahi , maka Allah memberikan mandat pada Sang Khalifah yang telah diajari ilmu asma`a kullaha ini, untuk menyampaikan ilmu tersebut  yang didapatnya langsung dari Ilahi kepada para malaikat.

Sebagian mufasir ahlusunnah berpendapat bahwa ilmu asma`a kullaha adalah pengetahuan tentang nama-nama benda. Guru kami Alhabib Ahmad Muhajir mengkritisi pendapat tersebut,” Ente kira Play Group? Malaikat diajari nama-nama benda oleh Adam sebagai khalifah : Ini kursi…ini bulan….ini bintang .. ente kira playgroup ? “

Seandainya ilmu asma`a kullaha ini adalah ilmu tentang nama-nama benda, bukankah para malaikat sudah mengetahui nama-nama benda?  Dalam rangkaian ayat di atas, disebutkan percakapan malaikat ,” Ya Tuhan kami, megapa engkau ciptakan seorang KHALIFAH (dari kalangan ) yang suka menumpahkan DARAH di muka BUMI? Malaikat sudah sangat mengenal dan bisa menyebutklan nama-nama benda seperti Khalifah, darah, dan bumi .Lalu untuk apa Adam Sang Khalifah menyebutkan nama-nama benda pada para malaikat ?

Dalam tafsir ahlul  bait sebagaimana yang dijelaskan guru kami Alhabib Ahmad Muhajir , ilmu asma`a kullaha adalah ilmu pengetahuan khusus yang diturunkan Tuhan pada Adam sebagai khlaifah pertama. Dalam ayat disebutkan ,” Hai Adam , ambi hum !” Ambi hum ini artinya terangkan pada mereka , bukan alimhum ! Alimhum artinya mengajarkan, sebagaimana seorang guru yang menurunkan ilmunya pada murid-muridnya . Adam diinstruksikan untuk sekedar menerangkan , bukan mengajarkan . Mengapa ? karena kapasitas malaikat sulit untuk memahami dan mengerti ilmu asma`a kullaha yang hanya dapat difahami oleh para Khalifah pilihan Ilahi saja .

Seorang khalifah dalam Alqur`an adalah   makhluk Tuhan yang menduduki kedudukan kepemimpinan alam semesta sehingga bahkan seluruh malaikat diperintahkan bersujud kepadanya. Selanjutnya  Allah menurunkan ilmu khusus kepada Khalifah yang diistilahkan dalam qur`an “asma`a kullaha” , suatu ilmu yang tidak dimiliki dan sulit difahami para malaikat. Sebagaimana disebutkan Inni ja`ilun fil ardi klhalifah, Sesungguhnya Aku ( Allah ) ja`ilun di muka bumi seorang khalifah. Kata ja`ilun disana adalah isim fail dan artinya terus menerus selama-lamanya. Allah akan selalu menjadikan seorang khalifah di muka bumi yang kepemimpinannya mencakup seluruh alam termasuk alam malakut, begitu kurang lebih terjemah bebasnya. Artinya kedudukan khalifah ini , yang kedudukannya teramat tinggi di atas malaikat , dan akan selalu ada hingga akhir zaman. Demikian kurang lebih penjelasan guru kami , ALhabib Ahmad Muhajir.

Mungkin kaum wahabi-salafi yang biasa mengaji pada Ibnu Taimiyah belum pernah mendengar hal ini. Bahwa seorang khalifah kedudukannya sedemikian tingginya, di atas para malaikat sehingga mereka para malaikat diperintahkan untuk bersujud pada Sang Khalifah. Mereka yang pengajiannya hanya membahas seputar  bid`ah dan bid`ah , dan belum pernah mendengar bahwa kedudukan seorang khalifah sedemikian tingginya sebagaimana yang disebutkan Alquran, tentu saja akan berteriak keberatan. Mereka berfikir bahwa para malaikat kedudukannya lebih tinggi dari manusia sempurna.

Lalu bila mereka mengatakan pada kami yang meyakini bahwa Ali yang khalifah ini derajatnya lebih tinggi dari para malaikat , bahwa kami mengkultuskan Ali ? Apakah mereka  tidak merasa bahwa mereka pun jelas-jelas mengkultuskan para malaikat di posisi yang lebih tinggi dari khalifah ?

Akan tetapi kami tidak meyakini bahwa hanya ALi saja yang menduduki posisi tinggi yang lebih tinggi dari malaikat. Kami meyakini bahwa  seluruh Nabi, Rasul dan para Imam , termasuk para wali , mereka adalah sosok insan kamil yang kedudukannya lebih tinggi dari derajat malaikat .