Oleh : Ki Akbar / ABu Sadra
Dulu saya punya sebuah akun facebook,
Ki Akbar. Sayang saya lupa passwordnya
, jadi akun tersebut sudah tidak aktif sejak tahun lalu. Akun tersebut banyak
diserang kaum wahabi yang mengadd akun tersebut, dengan berbagai akun palsu
mereka melontarkan berbagai tuduhan seputar syiah. Setidaknya dari berbagai
isu yang mereka lontarkan, ada beberapa
isu besar yang paling sering mereka tuduhkan kepada syiah ; salah
satu isuenya adalah bahwa orang syiah
mengkultuskan Ali.
Kultus dalam Mazhab Syiah , Ahlusunnah dan Agama Salafi
Suatu hari, seorang dengan akun palsunya yang memang
sering komentar yang aneh-aneh di grup fb berkomentar ,’Sebenarnya hujah
hujah anda cukup kuat. Hanya saja kalian kaum syiah itu mengkultuskan Ali .”
Komen tersebut langsung saya jawab,”tolong definisikan dulu apa arti kata
kultus .” . Si penanya menjawab ,”terlalu mencintai dan mengagungkan Ali . dan itu adalah
syirik “
Saya jawab,” kalau memang kultus
itu artinya pengagungan dan terlalu mencintai . Bukankah pengkultusan pun
terjadi pula pada wahabi dan mazhab sahabat. Dalam keyakinan
kaum wahabi misalnya , Rasulullah digambarkan sebagai seorang manusia biasa
yang sering salah, sering lupa, tidak luput dari dosa, bila melakukan
kesalahan maka Allah berulang kali menegurnya bahkan dengan kata-kata yang
keras seperti penggunaan kata Watawalla pada surat Abasa , sebuah kata yang
khusus digunakan Tuhan pada para pembangkang seperti Firaun . Tapi ketika
mereka membahas tentang sahabat, maka mereka begitu meyakini bahwa para
sahabat ini seluruhnya Adil, dan adil ini dimaknai bahwa mereka pasti selalu
jujur, tidak pernah melakukan kesalahan. Dan pada kasus dimana para sahabat
saling membunuh sekalipun , dalam perang Siffin dan Jamal misalnya, atau saat
oknum sahabat dan tabiin memotong-motong tubuh Muhamamad bin Abu Bakar dan
memasukan jasad beliau ra ke dalam perut keledai , sebuah dosa yang
naudzubillah sangat tidak berperikemanusiaan, maka mayoritas pengikut mazhab
sahabat dan para pengikut aagama wahabi-salafi akan berkata bahwa itu adalah
ijtihad para sahabat dan tabiin, dan walau pun ijtihad mereka salah,mereka
tidak mendapat dosa akan tetapi mendapat pahala. Singkatnya, apapun yang
dilakukan oleh sahabat adalah sebuah perjuangan suci dengan niat suci yang
pasti mendapat pahala.
Bukankah meyakini akan hal tersebut sama artinya dengan meyakini KEMAKSUMAN SAHABAT DAN TABIIN .MEREKA PARA PENGIKUT AGAMA SALAFI MENDUDUKAN PARA SAHABAT DAN TABIIN DIPOSISI YANG SELALU BENAR DAN TIDAK BOLEH DIKRITIK. DAN BILA SEANDAINYA
ADA YANG BERANI MENGKRITIKNYA, MAKA MEREKA AKAN SEMATKAN TUDUHAN SESAT PADA
SUATU KELOMPOK ATAU SEORANG PENGKRITIK SAHABAT DAN TABIIN. SEOLAH KEYAKINAN AKAN KEMAKSUMAN SAHABAT YANG MEREKA SEMBUNYIKAN ( TAQIYAH) DALAM ISTILAH
KEADILAN SAHABAT INI DIPOSISIKAN SEBAGAI
SALAH SATU DARI RUKUN IMAN, SIAPA YANG MENERIMA KEADILAN (BACA : KEMAKSUMAN ) SAHABAT ADALAH MUKMIN, MENOLAK BERARTI KUFUR KELUAR DARI IMAN DAN ISLAM.
NAUDZUBILLAH.
Akan tetapi, bila kita berbicara
tentang Nabi, pasti orang-orang tersebut akan berkata bahwa Nabi pernah lupa,
Nabi kan manusia biasa. Tapi ketika kita menunjukan bahwa Abu Huraeroh pernah
lupa dan meriwayatkan hadist-hadsit yang kontradiksi, maka mereka akan marah
dan mencaci kita seraya berkata bahwa mereka yang ber kata demikian adalah
ada dalam prasangka yang dusta http://abiubaidah.com/telaah-penyakit-menular.html/.Kita
pun bisa saja berkata bahwa mereka-mereka ini mengkultuskan sahabat.bukan
begitu?
Pernah iseng saya komen di akun
facebook seorang penyanjung sahabat ,”Nabi muhamad pernah salah, sering
gelisah,tidak luput dari dosa dan pernah lupa. Sementara seluruh sahabat
tidak pernah lupa tidak pernah melakukan kesalahan,dan apa mereka lakukan
walau pun salah maka otomatis Allah akan mengganjarnya dengan pahala ijtihad
.Saat kedua kelompok sahabat sal;ing berperang hingga 20ribu orang terbunuh
dari dikalangan kaum muslimin, maka kedua pihak adalah benar dan sama-sama
berijtihad dan mendapat pahala. dengan kata lain SELURUH SAHABAT ADALAH
MAKSUM. GITU KAN MAUNYA ENTE ? ”
Si wahabi jawab ,” ngga gitu gan. Nabi
itu maksum , sementara para sahabat itu adalah manusia biasa yang bisa saja melakukan kesalahan.Mereka
juga punya dosa tapi Allah mudah-mudahan mengampuni mereka.”Membaca jawaban
tersebut saya langsung komen ,”Alhamdulillah,ente sudah keluar dari keyakinan
wahabi salafi. Ente sudah setengah syiah. Ahlan wasahlan ya akhi.” Setelah itu
si wahabi tidak pernah muncul dan komen yang aneh-aneh di facebook
saya,menghilang entah kemana
Salah satu definisi Kultus
adalah penghormatan resmi dalam agama; upacara
keagamaan; ibadat; (2) sistem kepercayaan; (3) penghormatan secara
berlebih-lebihan kpd orang, paham, atau benda ( http://kamusbahasaindonesia.org?kultus#ixzz33522p6ZV )
|
Kalau kultus diartikan terlalu mencintai dan mengagungkan berlebih-lebihan dalam Ali bin Abitholib , kami orang syiah akan keberatan pada penuduh dalam dua hal :
·
Yang pertama, bahwa tidak hanya Imam Ali saja yang kami cintai dan kamu agungkan, tetapi kemi pun mecintai dan mengagungkan Rasulullah Muhammad SAWW, Fatimah puteri beliau dan anka keturunan beliau.
Yang pertama, bahwa tidak hanya Imam Ali saja yang kami cintai dan kamu agungkan, tetapi kemi pun mecintai dan mengagungkan Rasulullah Muhammad SAWW, Fatimah puteri beliau dan anka keturunan beliau.
·
Yang kedua , kami merasa tidak pantas bila dikatakan mencintai dan mengagungkan berlebihan, karena justeru kami merasa bahwa kecintaan dan pengagungan kami kepada mereka masih kurang dari seharusnya. Bila kecintaan kami pada Rasulullah, Ali, Fatimah dan anak keturunan mereka disebut sebagai berlebihan, izinkan kami bertanya pada para penuduh dan penyebar isu, apakah ada batasan dari nash untuk mencintai Rasulullah dan keluarganya , sehingga kecintaan kami pada mereka itu cukup , tidak terlalu berelbihan atau tidak terlalu kurang ? Tolong jelaskan batasannya . Bila batasan tersebut tidak pernah ada ,maka kami bisa balik menuduh bahwa membuat-buat batasan dalam mencintai suatu makhluk yang Alah dan RasulNya mencintai dan tidak pernah membatasi dan mengatur batasan untuk mencintai , mereka adalah bidah yang sesat!
Yang kedua , kami merasa tidak pantas bila dikatakan mencintai dan mengagungkan berlebihan, karena justeru kami merasa bahwa kecintaan dan pengagungan kami kepada mereka masih kurang dari seharusnya. Bila kecintaan kami pada Rasulullah, Ali, Fatimah dan anak keturunan mereka disebut sebagai berlebihan, izinkan kami bertanya pada para penuduh dan penyebar isu, apakah ada batasan dari nash untuk mencintai Rasulullah dan keluarganya , sehingga kecintaan kami pada mereka itu cukup , tidak terlalu berelbihan atau tidak terlalu kurang ? Tolong jelaskan batasannya . Bila batasan tersebut tidak pernah ada ,maka kami bisa balik menuduh bahwa membuat-buat batasan dalam mencintai suatu makhluk yang Alah dan RasulNya mencintai dan tidak pernah membatasi dan mengatur batasan untuk mencintai , mereka adalah bidah yang sesat!
Seperti halnya muslimin
syiah yang mengkultuskan Muhamad, Ali, Fatimah, Hasan, Husein, dan anak
keturunan mereka. Kaum muslimin ahlusunah dan para pengikut agama wahabi/salafi
juga ternyata mengkultuskan seluruh sahabat.Mereka memposisikan para sahabat
sedemikian rupa sehingga kebal terhadap kritik. Sahabat dan tabiin disucikan dalam system keyakinan mereka sedemikian
sucinya sehingga para sahabat ini diyakini selalu benar, tidak mungkin lupa,
dan tidak mungkin melakukan kesalahan. Apapun yang mereka lakukan, bahkan
sebuah kesalahan sekalipun, dalam keyakinan para pengikut agama salafi adalah
sebuah perjuangan dengan niat yang suci, mereka akan mengatakan bahwa apapun
yang dilakukan itu semua adalah ijtihad para sahabat dan tabiin , yang apabila benar
mendapat pahala dua, dan bila salah akan mendapat satu pahala.Singkatnya, dalam
keyakinan para pengikut agama salafi, para sahabat ini tidak pernah melakukan dosa,
seluruh tindakannya pasti mendapat pahala.
Padahal Nabi
SAWW telah bersabda , “Sesungguhnya ada dua belas orang pada sahabatku
yang tergolong munafik” (Sahih Muslim 4/2143 hadis ke-2779) .Dalam hadist
in Rasululah melalui lisan sucinya memberitakan bahwa TIDAK SELURUH SAHABAT
BERHATI LURUS DAN BERSIH. Dalam hadist
lainnya lainnya diriwayatkan bahwa Nabi SAWW pernah bersabda
: Aku akan mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan
dibawa ke hadapanku. Kemudian mereka akan dipisahkan jauh dariku. Aku akan
berkata : wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku
(ashabi). Maka dijawab: Sesungguhnya engkau tidak mengetahui
apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka
la tadri ma ahdathu ba‘da-ka) (Shahih Bukhori Hadis no.578.) Senada
dengan hadist tadi, riwayat lainnya
menyebutkan bahwa ‘Aisyah berkata :Aku telah mendengar Nabi SAWW bersabda
ketika beliau berada di kalangan para sahabatnya(ashabi-hi):Aku akan
menunggu mereka di kalangan kalian yang akan datang kepadaku. Demi
Allah! Mereka akan ditarik menjauh dariku. Maka aku akan
bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah dari(para sahabat)ku dan dari
umatku. Dijawab: Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang
dilakukan oleh mereka selepas kamu meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma
‘amilu ba‘da-ka).Mereka sentiasa kembali ke belakang(kembali kepada
kekafiran)(Ma zalu yarji‘un ‘ala a‘qabi-him). (Shahih Muslim Hadis
no.28.(2294)).
Berbeda dengan pengikut agama
salafi, muslim syiah meyakini bahwa para sahabat ini adalah manusia biasa ,
diantara mereka ada yang lurus dan ikhlas dalam kecintaan pada Allah dan
RasulNya, seperti halnya dengan Abu Dzar Alghifar, Miqdad, Amr bin Yasir, Salman
ALfarisi, ataupun Muhammad bin Abu Bakar
rodiyallahu anhuma . Akan tetapi muslim syiah meyakini bahwa diantara
para sahabat dan tabiin pun ada pula
yang lupa, cenderung kepada dunia dan saling berperang demi ambisi pribadi.
Akan tetapi kaum salafi yang telah
tertutupi dengan kecintaan kepada seluruh sahabat akibat doktrin yang tertanam
semenjak lama, menolak fakta-fakta tersebut di atas. Mereka mendudukan posisi
sahabat di wilayah keyakinan suci mereka yang tidak boleh diganggu gugat bahwa
seluruh sahabat adalah adil. Adil disini maknanya identik dengan maksum, bahwa
para sahabat ini kebal terhadap kritik. Sahabat
disucikan dalam system keyakinan mereka sedemikian sucinya sehingga para sahabat
ini diyakini selalu benar, tidak mungkin lupa, dan tidak mungkin melakukan
kesalahan. Bahkan seandainya mereka melakukan kesalahan, mereka akan mengatakan
bahwa itu semua adalah ijtihad mereka para sahabat, yang apabila benar mendapat
pahala dua, dan bila salah akan mendapat satu pahala. Pendeknya, para sahabat tidak
pernah salah. Lalau apa bedanya pengertian
adli menurut versi mereka ini dengan pengertian maksum yang diyakini
muslim syiah. Bila muslim syiah dianggap sesat karena meyakini Nabi suci
Almusthofa dan para Imam ahlul Bait dimaksum, bukankah mereka juga kaum salafi
meyakini kemaksuman sahabat yang mana keyakinan tersebut disembunyikan dalam
sebuah doktrin “seluruh sahabat itu
adil”.
Biasanya , para ulama
mereka begitu menutup-nutupi dengan sangat rapi segala perilaku beberapa sahabat yang
menyimpang. Saat seorang syiah menunjukan sebuah riwayat adanya sekelompok
sahabat minum sejenis khamr, biasanya para ulama agama salafi marah dan menuduh
syiah membenci sahabat dan membuat-buat hadist palsu. Padahal membenci dan
menunjukan kebenaran adalah dua kata yang berbeda. Namun mereka selalu berusaha
menutupi bahwa sebagian sahabat berperilaku menyimpang. Akan tetapi sebagaimana
pepatah sebaik-baik menutupi bangkai , akhirnya baunya tercium juga. Barangkali
keceplosan, Syeih Utsaimin seorang ulama
besar wahabi berkata, “Tidak ada keraguan lagi bahwa sebagian sahabat ada yang
MENCURI, MENGADU DOMBA, MINUM HOMER, DAN BERZINAH baik sudah menikah atau pun
belum. AKAN TETAPI SEMUA PERBUATAN TERSEBUT TERTUTUPI OLEH KEINDAHAN DAN
KEUTAMAAN MEREKA.”( KITAB SYARH AL AKIDAH
WASHITHIYAH HALAMAN 623,KARYA SYEIH UTSAIMIN TERBITAN DARU TSURAYA ).
Sebagaimana kata
pepatah, cinta itu buta. Kecintaan kaum salafi terhadap sahabat mencapai satu
titik dimana mereka sekalipun telah mengetahui keburukan perangai dari sebagian
sahabat, tetapi kecintaan para pengikut wahabi salafi sedemikian kuat hingga membutakan
akal fikiran mereka sehingga yang terlihat hanya yang indah-indahnya saja.
Dalam system keyakinannya, mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah manusia
biasa yang pernah salah, lupa dan khilaf, dan tidak luput dari dosa, akan
tetapi ketika mereka membahas sahabat, maka mereka akan berkata bahwa seluruh
sahabat tidak pernah salah dan seluruh perbuatannya adalah ijtihad yang pasti
mendapat pahala. Saat Qur`an Surat Abasa
diyakini muslim syiah adalah kecaman
keras kepada seorang sahabat yang
bermuka masam kepada seorang miskin buta, yang saat ayat turun sahabat
bermuka amsam ini ada dismaping Nabi, para ulama salafi-wahabi malah lebih
memilih bahwa yang dikecam Allah dalam ayat tersebut adalah Nabi, na`udzubillah. Apakah ini bukan kultus pada para sahabat
namanya ? Apa ini bukan terlalu meninggikan sahabat dan merendahkan Rasulullah
namanya ?
Jadi , bila muslim syiah mengkultuskan Nabi, Ali, dan anak
keturunan mereka. Muslim suni mengkultuskan Nabi, dan sebagian sahabat. Pengikut
agama nasrani mengkultuskan Yesus. Maka pengikut agama salafi mengkultuskan sahabat,
dan tabiin yang pro muawiah, dan ibnu taimiyah. Jadi masalahnya dimana ?
Kewajiban
Mencintai dan mengagungkan Ali dalam Nash
Dalam
salah satu tulisannuya, Dr. Muhsin Labib menyebut sebuah kelompok agama dominan Saudi yang melarang kita untuk mengkultuskan nabi dalam bentuk:
tambahan sayidina dalam selawat, kalimat pujian kepada nabi dan keluarganya,
maulid dan ziarah nabi. Hal
itu mereka anggap sebagai sesuatu yang bidah dan tindakan “berlebih-lebihan”
sehingga dapat menjerumuskan pelakunya kepada kesyirikan.
Lucunya, keluarga kerajaan dan emir di negara Teluk yang keberatan dengan gelar sayidina di depan nama suci kanjeng Nabi dan baginda Ali, tanpa risih digelari—sebelum nama-nama mereka—dengan tambahan sumuw al-amîr ( paduka pangeran ), jalâlah al-malik (yang dipertuan agung raja), ma’âli walî al-’ahd ( junjungan putra mahkota tunggal ), dan namanya diakhiri dengan doa hafizhahullah (semoga Allah melindunginya). Manakah yang kultus? Apakah memuji nabi yang kedudukannya telah ditinggikan Allah termasuk pengkultusan? Bila mereka merasa keberatan saat kita mengucapkan sayidina kepada Rasulullah dan kepada Ali, lalu mengapa para syeikh-syeih mereka di Saudi sana tidak keberatan sedikitpun dengan sebutan-sebutan pengagungan kepada para raja mereka ?
Selanjutnya
saya pun ingin bertanya setelah mengutip tulisan Dr.Muhsin labib diatas, apakah
memuji , dan mencintai Ali yang kedudukanya telah ditinggikan dan dipuji Allah
dan Rosulnya adalah termasuk pengkultusan yang terlarang ? Bukankah tentang Ali
Nabi pernah bersabda;”Barang siapa mencintai Ali maka ia telah mencintai Allah dan
Rosulnya barang siapa membenci Ali maka ia telah membenci aku. Dalam kesempatan
lainnya,Rosul bersabda;’tidak akan
mencintai kamu wahai Ali kecuali orang mukmin dan tidak akan membencimu kecuali
orang munafik.hadis hadis seperti ini dapat dirujuk dalam kitab kitab ahlusunah
berikut;
1.
Sahih Tirmidzi jilid 5 halaman 306
cetakan Darul fikri.
2.
Sunan Nasa-I jilid 8 halaman 116
3.
Tarih Damsyiq,Ibnu asakir jilid 2
4.
Sunan Baihaqi jilid 2 halaman 271
cetakan al maima niyah
5.
Lisan al mizan oleh Ibnu hajar jilid
2 halaman 46
6.
Fathul Kabir oleh An nabani jilid 1 halaman 446
7.
Muntahob kanzul Ummal Musnad Ahmad
jilid 5 halaman 32
8.
Ihqaqul Haq oleh At tastari jilid 6
]
9.
Mizan nul iidal oleh Addzahabijilid
2 halaman 28
10. Mustadrak Al hakim jilid 3 halaman 130
11. Sawa iqul Muhriqoh
oleh Ibnu hHa ja r halam an 74
12. Catatan pinggir Nurul
Absor oleh Asshoban Asyafii,
ha l 141 cetakan
Usmaniah , halaman 156 cetakan Assa`diyah
13. Nurul Abshar oleh Assyablanji hal 73 cetakn Al Usmaniyah, cetak,an 72 hal Assa`diyah
14. Syarah Nahjul Bal;agoh
Ibnu Abil Hadid jilid 22 hal 341 cetakn
Beirut
15. Aljami`us Shagir oleh Assuyuthi hal
136 cet Almaimaniyah
Kami mencintai Allah, kemudian Rasulullah , lalu
Ali dan anak keturunan mereka sebagaimana telah disyariatkan. Bila ada
salafiyun yang berkata bahwa kecintaan kami pada Ali terlalu berlebihan. Maka
kami akan bertanya kalau memang cinta kami pada Ali terlalu berlebihan,adakah
ukuran yang di batasi oleh nash untuk mencintai Ali,Rosulullah dan anak
keturunan mereka? adakah nash menjelaskan agar jangan terlalu mencintai Ali? tidak
ada bukan? nash hanya memerintahkan mencintai Ali tanpa membatasi kecintaan
tersebut dengan ukuran dan batas-batas tertentu dan batasan-batasan tertentu agar
mencintai Ali jangan berlebihan adalah batasan yang tidak pernah ada dalam
nash,bukankah kaum salafiyun yang membuat bidah tersebut?
Ali dan Syiahnya adalah Sebaik-baiknya Makhluq
Keyakinan bahwa Bahwa Ali dan
pengikutnya adalah sebaik-baik makhluk adalah memang benar merupakan
keyakinannya penganut Islam Syiah.Ini adalah fakta. Bila memang keyakinan ini
adalah suatu bentuk pengkultusan, maka pengkultusan ini adalah pengkultusan
yang diperintahkan Allah dan RasulNya. Hal ini didasarkan pada penafsiran ayat
berikut :
“ Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh adalah sebaik-baik makhluk “ para ulama
syiah berdasarkan hadist-hadist Rasulullah yang bersumber dari ahlul bait
menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dengan sebaik-baik makhluk ( khaerul
bariyyah ) dalam ayat tersebut adalah Ali dan syiahnya.Lalu dimana kesesatannya
?
Bukankah hadist-hadist ahlusunnah
pun meriwayatkan yang demikian, dan para ulama tafsir ahlusunnah pun banyak
yang menyebutkan bahwa yang dimaksud Sebaik-baik makhluk (khaerul Bariyah )
dalam Surat Albayinat ayat 7 adalah ALi Dalam Durul Mansurnya Jalaludin
Suyuthiu misalnya, saat turunnya ayat tersebut ( Qur`an Surat Albayinat ayat 7
), Rasulullah kemudian bersabda : Hai, Ali sesungguhnya mereka ( yang
sebauk-baik makhluk ) adalah engkau dan syiahmu ( Durul Mansur jilid 6 hal 379)
. Bila saudara tidak percaya, silakan saudara buktikan langsung dengan merujuk
sendiri pada kitab-kitab tersebut atau menanyakannnya pada Kyai-kyai ahlusunnah
Nahdatul Ulama yang bersih dari doktrin-doktrin wahabi-salafi.
Tidak
hanya Jalaludin Suyuthi ,para ulama ahli
tafsir ahlusunnah pun banyak yang menafsirkan demikian . Pembaca bisa
mengecek Thabari dalam Kitab Tafsirnya jilid 6 halaman 379 (cetakan
Al-Maimaniyah Mesir) , atau bisa merujuk mufasir Al ALusi dalam Ruhul ma`aninya
pada jilid 30 halaman 207 juga menyebutkan hal yang sama bahwa YANG DIMAKSUD
DENGAN SEBAIK-BAIK MAKHLUQ DALAM AYAT TERSEBUT ADALAH ALI DAN SYIAH
(PENGIKUT)NYA. Bukankah Thabari dan Alusi ini adalah ulama besar ahlusunnah ? `Lalu
Apakah parapengikut agama salafi akan menuduh ulama besar ahlusunah sekelas Thabari
, ALusi dan Suyuthi sebagai orang-orang yang sesat karena menafsirkan bahwa
khaerul bariyyah adalah Ali dan Syiahnya ?
Tidak hanya itu, para ulama
ahlusunnah lainnya pun banyak pula yang mengutip riwayat ahlusunnah yang
menjelaskan bahwa yang dimaksud Khaerul
Bariyyah dalam ayat tersebut adalah Ali dan Syiahnya , silakan pembaca bisa
merujuk sendiri Assyaukani dalam Fathul
Qodirnya ( jilid 5 hal477 ) dan Ibnu Hajar dalam Sawaiqul muhriwohnya ( halaman 96, cetakan Al-Maimaniyah Mesir / cetakan
ALmuhammadiyah halaman 159 ) .lalu mengapa mereka sering kali menuduh bahwa
keyakinan ini adalah keyakinan yang diada-adakan syiah dan bersumber dari
keyakinan yahudi?
Oleh : Ki Akbar alias Abu Sadra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar