Senin, 02 Juni 2014

ORANG SYIAH MENGKULTUSKAN ALI , BENARKAH ? MENJAWAB TUDUHAN KAUM SALAFI 1



 

 
Oleh : Ki Akbar / ABu Sadra
Dulu saya punya sebuah akun facebook, Ki Akbar.  Sayang saya lupa passwordnya , jadi akun tersebut sudah tidak aktif  sejak tahun lalu. Akun tersebut banyak diserang kaum wahabi yang mengadd akun tersebut, dengan berbagai akun palsu mereka melontarkan berbagai tuduhan seputar syiah. Setidaknya dari berbagai isu yang mereka lontarkan, ada beberapa  isu besar yang paling sering mereka tuduhkan kepada syiah ;   salah satu isuenya adalah bahwa  orang syiah mengkultuskan Ali.

Kultus dalam Mazhab Syiah , Ahlusunnah dan Agama Salafi

Suatu hari,  seorang dengan akun palsunya yang memang sering komentar yang aneh-aneh di grup fb berkomentar ,’Sebenarnya hujah hujah anda cukup kuat. Hanya saja kalian kaum syiah itu mengkultuskan Ali .” Komen tersebut langsung saya jawab,”tolong definisikan dulu apa arti kata kultus .” . Si penanya menjawab ,”terlalu mencintai dan mengagungkan Ali . dan itu adalah syirik “               

Saya jawab,” kalau memang kultus itu artinya pengagungan dan terlalu mencintai . Bukankah pengkultusan pun terjadi pula  pada  wahabi dan mazhab sahabat. Dalam keyakinan kaum wahabi misalnya , Rasulullah digambarkan sebagai seorang manusia biasa yang sering salah, sering lupa, tidak luput dari dosa, bila melakukan kesalahan maka Allah berulang kali menegurnya bahkan dengan kata-kata yang keras seperti penggunaan kata Watawalla pada surat Abasa , sebuah kata yang khusus digunakan Tuhan pada para pembangkang seperti Firaun . Tapi ketika mereka membahas tentang sahabat, maka mereka begitu meyakini bahwa para sahabat ini seluruhnya Adil, dan adil ini dimaknai bahwa mereka pasti selalu jujur, tidak pernah melakukan kesalahan. Dan pada kasus dimana para sahabat saling membunuh sekalipun , dalam perang Siffin dan Jamal misalnya, atau saat oknum sahabat dan tabiin memotong-motong tubuh Muhamamad bin Abu Bakar dan memasukan jasad beliau ra ke dalam perut keledai , sebuah dosa yang naudzubillah sangat tidak berperikemanusiaan, maka mayoritas pengikut mazhab sahabat dan para pengikut aagama wahabi-salafi akan berkata bahwa itu adalah ijtihad para sahabat dan tabiin, dan walau pun ijtihad mereka salah,mereka tidak mendapat dosa akan tetapi mendapat pahala. Singkatnya, apapun yang dilakukan oleh sahabat adalah sebuah perjuangan suci dengan niat suci yang pasti mendapat pahala.

Bukankah meyakini akan hal tersebut sama artinya dengan  meyakini  KEMAKSUMAN SAHABAT DAN TABIIN .MEREKA PARA PENGIKUT AGAMA SALAFI MENDUDUKAN PARA SAHABAT DAN TABIIN DIPOSISI YANG SELALU BENAR DAN TIDAK BOLEH DIKRITIK. DAN BILA SEANDAINYA ADA YANG BERANI MENGKRITIKNYA, MAKA MEREKA AKAN SEMATKAN TUDUHAN SESAT PADA SUATU KELOMPOK ATAU SEORANG PENGKRITIK SAHABAT DAN TABIIN. SEOLAH KEYAKINAN AKAN KEMAKSUMAN SAHABAT YANG MEREKA SEMBUNYIKAN ( TAQIYAH) DALAM ISTILAH KEADILAN SAHABAT INI  DIPOSISIKAN SEBAGAI SALAH SATU DARI RUKUN IMAN, SIAPA YANG MENERIMA KEADILAN (BACA : KEMAKSUMAN ) SAHABAT ADALAH MUKMIN, MENOLAK BERARTI  KUFUR KELUAR DARI IMAN DAN ISLAM. NAUDZUBILLAH.

Akan tetapi, bila kita berbicara tentang Nabi, pasti orang-orang tersebut akan berkata bahwa Nabi pernah lupa, Nabi kan manusia biasa. Tapi ketika kita menunjukan bahwa Abu Huraeroh pernah lupa dan meriwayatkan hadist-hadsit yang kontradiksi, maka mereka akan marah dan mencaci kita seraya berkata bahwa mereka yang ber kata demikian adalah ada dalam prasangka yang dusta http://abiubaidah.com/telaah-penyakit-menular.html/.Kita pun bisa saja berkata bahwa mereka-mereka ini mengkultuskan sahabat.bukan begitu?

Pernah iseng saya komen di akun facebook seorang penyanjung sahabat ,”Nabi muhamad pernah salah, sering gelisah,tidak luput dari dosa dan pernah lupa. Sementara seluruh sahabat tidak pernah lupa tidak pernah melakukan kesalahan,dan apa mereka lakukan walau pun salah maka otomatis Allah akan mengganjarnya dengan pahala ijtihad .Saat kedua kelompok sahabat sal;ing berperang hingga 20ribu orang terbunuh dari dikalangan kaum muslimin, maka kedua pihak adalah benar dan sama-sama berijtihad dan mendapat pahala. dengan kata lain SELURUH SAHABAT ADALAH MAKSUM. GITU KAN MAUNYA ENTE ? ”

Si wahabi jawab ,” ngga gitu gan. Nabi itu maksum , sementara para sahabat itu adalah  manusia biasa yang bisa saja melakukan kesalahan.Mereka juga punya dosa tapi Allah mudah-mudahan mengampuni mereka.”Membaca jawaban tersebut saya langsung komen ,”Alhamdulillah,ente sudah keluar dari keyakinan wahabi salafi. Ente sudah setengah syiah. Ahlan wasahlan ya akhi.” Setelah itu si wahabi tidak pernah muncul dan komen yang aneh-aneh di facebook saya,menghilang entah kemana

Salah satu definisi Kultus adalah   penghormatan resmi dalam agama; upacara keagamaan; ibadat; (2) sistem kepercayaan; (3) penghormatan secara berlebih-lebihan kpd orang, paham, atau benda ( http://kamusbahasaindonesia.org?kultus#ixzz33522p6ZV )


Kalau kultus diartikan terlalu mencintai dan mengagungkan berlebih-lebihan dalam Ali bin Abitholib , kami orang syiah akan keberatan pada penuduh dalam dua hal :
·          

    Yang pertama, bahwa tidak hanya Imam Ali saja yang kami cintai dan kamu agungkan, tetapi kemi pun mecintai dan mengagungkan Rasulullah Muhammad SAWW, Fatimah puteri beliau dan anka keturunan beliau.
·          
     Yang kedua , kami merasa tidak pantas bila dikatakan mencintai dan mengagungkan berlebihan, karena justeru kami merasa bahwa kecintaan dan pengagungan kami kepada mereka masih kurang dari seharusnya. Bila kecintaan kami pada Rasulullah, Ali, Fatimah dan anak keturunan mereka disebut sebagai berlebihan, izinkan kami bertanya pada para penuduh dan penyebar isu, apakah ada batasan dari nash untuk mencintai Rasulullah dan keluarganya  , sehingga kecintaan kami pada mereka itu cukup , tidak terlalu berelbihan atau tidak terlalu kurang ? Tolong jelaskan batasannya . Bila batasan tersebut  tidak pernah ada ,maka kami bisa balik menuduh bahwa membuat-buat batasan dalam mencintai suatu makhluk yang Alah dan RasulNya mencintai dan tidak pernah membatasi dan mengatur batasan untuk mencintai , mereka adalah bidah yang sesat!


Seperti halnya muslimin syiah yang mengkultuskan Muhamad, Ali, Fatimah, Hasan, Husein, dan anak keturunan mereka. Kaum muslimin ahlusunah dan para pengikut agama wahabi/salafi juga ternyata mengkultuskan seluruh sahabat.Mereka memposisikan para sahabat sedemikian rupa sehingga kebal terhadap kritik. Sahabat dan tabiin disucikan dalam system keyakinan mereka sedemikian sucinya sehingga para sahabat ini diyakini selalu benar, tidak mungkin lupa, dan tidak mungkin melakukan kesalahan. Apapun yang mereka lakukan, bahkan sebuah kesalahan sekalipun, dalam keyakinan para pengikut agama salafi adalah sebuah perjuangan dengan niat yang suci, mereka akan mengatakan bahwa apapun yang dilakukan itu semua adalah ijtihad  para sahabat dan tabiin , yang apabila benar mendapat pahala dua, dan bila salah akan mendapat satu pahala.Singkatnya, dalam keyakinan para pengikut agama salafi, para sahabat ini tidak pernah melakukan dosa, seluruh tindakannya pasti mendapat pahala.

Padahal Nabi SAWW telah bersabda , “Sesungguhnya ada dua belas orang pada sahabatku yang tergolong munafik” (Sahih Muslim 4/2143 hadis ke-2779) .Dalam hadist in Rasululah melalui lisan sucinya memberitakan bahwa TIDAK SELURUH SAHABAT BERHATI LURUS DAN BERSIH.  Dalam hadist lainnya  lainnya  diriwayatkan bahwa Nabi SAWW pernah bersabda : Aku akan mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan dibawa ke hadapanku. Kemudian mereka akan dipisahkan jauh dariku. Aku akan berkata : wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku (ashabi). Maka dijawab: Sesungguhnya engkau  tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka) (Shahih Bukhori Hadis no.578.) Senada dengan hadist tadi,  riwayat lainnya menyebutkan bahwa ‘Aisyah berkata :Aku telah mendengar Nabi SAWW bersabda ketika beliau berada di kalangan para sahabatnya(ashabi-hi):Aku akan menunggu mereka di kalangan kalian yang akan datang kepadaku. Demi Allah! Mereka akan ditarik menjauh dariku. Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah dari(para sahabat)ku dan dari umatku. Dijawab: Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas kamu meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ‘amilu ba‘da-ka).Mereka sentiasa kembali ke belakang(kembali kepada kekafiran)(Ma zalu yarji‘un ‘ala a‘qabi-him). (Shahih Muslim Hadis no.28.(2294)).

Berbeda dengan pengikut agama salafi, muslim syiah meyakini bahwa para sahabat ini adalah manusia biasa , diantara mereka ada yang lurus dan ikhlas dalam kecintaan pada Allah dan RasulNya, seperti halnya dengan Abu Dzar Alghifar, Miqdad, Amr bin Yasir, Salman ALfarisi, ataupun Muhammad bin Abu Bakar  rodiyallahu anhuma . Akan tetapi muslim syiah meyakini bahwa diantara para sahabat dan tabiin  pun ada pula yang lupa, cenderung kepada dunia dan saling berperang demi ambisi pribadi.

Akan tetapi kaum salafi yang telah tertutupi dengan kecintaan kepada seluruh sahabat akibat doktrin yang tertanam semenjak lama, menolak fakta-fakta tersebut di atas. Mereka mendudukan posisi sahabat di wilayah keyakinan suci mereka yang tidak boleh diganggu gugat bahwa seluruh sahabat adalah adil. Adil disini maknanya identik dengan maksum, bahwa para sahabat ini kebal terhadap kritik. Sahabat disucikan dalam system keyakinan mereka sedemikian sucinya sehingga para sahabat ini diyakini selalu benar, tidak mungkin lupa, dan tidak mungkin melakukan kesalahan. Bahkan seandainya mereka melakukan kesalahan, mereka akan mengatakan bahwa itu semua adalah ijtihad mereka para sahabat, yang apabila benar mendapat pahala dua, dan bila salah akan mendapat satu pahala. Pendeknya, para sahabat tidak pernah salah. Lalau apa bedanya pengertian  adli menurut versi mereka ini dengan pengertian maksum yang diyakini muslim syiah. Bila muslim syiah dianggap sesat karena meyakini Nabi suci Almusthofa dan para Imam ahlul Bait dimaksum, bukankah mereka juga kaum salafi meyakini kemaksuman sahabat yang mana keyakinan tersebut disembunyikan dalam sebuah doktrin “seluruh sahabat itu adil”.



Biasanya , para ulama mereka begitu menutup-nutupi dengan sangat  rapi segala perilaku beberapa sahabat yang menyimpang. Saat seorang syiah menunjukan sebuah riwayat adanya sekelompok sahabat minum sejenis khamr, biasanya para ulama agama salafi marah dan menuduh syiah membenci sahabat dan membuat-buat hadist palsu. Padahal membenci dan menunjukan kebenaran adalah dua kata yang berbeda. Namun mereka selalu berusaha menutupi bahwa sebagian sahabat berperilaku menyimpang. Akan tetapi sebagaimana pepatah sebaik-baik menutupi bangkai , akhirnya baunya tercium juga. Barangkali keceplosan,  Syeih Utsaimin seorang ulama besar wahabi berkata, “Tidak ada keraguan lagi bahwa sebagian sahabat ada yang MENCURI, MENGADU DOMBA, MINUM HOMER, DAN BERZINAH baik sudah menikah atau pun belum. AKAN TETAPI SEMUA PERBUATAN TERSEBUT TERTUTUPI OLEH KEINDAHAN DAN KEUTAMAAN MEREKA.”( KITAB SYARH AL AKIDAH WASHITHIYAH HALAMAN 623,KARYA SYEIH UTSAIMIN TERBITAN DARU TSURAYA ).

Sebagaimana kata pepatah, cinta itu buta. Kecintaan kaum salafi terhadap sahabat mencapai satu titik dimana mereka sekalipun telah mengetahui keburukan perangai dari sebagian sahabat, tetapi kecintaan para pengikut wahabi salafi sedemikian kuat hingga membutakan akal fikiran mereka sehingga yang terlihat hanya yang indah-indahnya saja. Dalam system keyakinannya, mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah manusia biasa yang pernah salah, lupa dan khilaf, dan tidak luput dari dosa, akan tetapi ketika mereka membahas sahabat, maka mereka akan berkata bahwa seluruh sahabat tidak pernah salah dan seluruh perbuatannya adalah ijtihad yang pasti mendapat pahala.  Saat Qur`an Surat Abasa diyakini muslim syiah adalah kecaman  keras kepada seorang sahabat yang  bermuka masam kepada seorang miskin buta, yang saat ayat turun sahabat bermuka amsam ini ada dismaping Nabi, para ulama salafi-wahabi malah lebih memilih bahwa yang dikecam Allah dalam ayat tersebut adalah Nabi, na`udzubillah.  Apakah ini bukan kultus pada para sahabat namanya ? Apa ini bukan terlalu meninggikan sahabat dan merendahkan Rasulullah namanya ?

Jadi , bila muslim  syiah mengkultuskan Nabi, Ali, dan anak keturunan mereka. Muslim suni mengkultuskan Nabi, dan sebagian sahabat. Pengikut agama nasrani mengkultuskan Yesus. Maka pengikut agama salafi mengkultuskan sahabat, dan tabiin yang pro muawiah, dan ibnu taimiyah. Jadi masalahnya dimana ?




Kewajiban Mencintai dan mengagungkan Ali dalam Nash

Dalam salah satu tulisannuya, Dr. Muhsin Labib menyebut sebuah kelompok agama dominan Saudi yang melarang kita untuk mengkultuskan nabi dalam bentuk: tambahan sayidina dalam selawat, kalimat pujian kepada nabi dan keluarganya, maulid dan ziarah nabi. Hal itu mereka anggap sebagai sesuatu yang bidah dan tindakan “berlebih-lebihan” sehingga dapat menjerumuskan pelakunya kepada kesyirikan.

Lucunya, keluarga kerajaan dan
emir di negara Teluk yang keberatan dengan gelar sayidina di depan nama suci kanjeng Nabi dan baginda Ali, tanpa risih digelari—sebelum nama-nama mereka—dengan tambahan sumuw al-amîr ( paduka pangeran ), jalâlah al-malik (yang dipertuan agung raja), ma’âli walî al-’ahd ( junjungan putra mahkota tunggal ), dan namanya diakhiri dengan doa hafizhahullah (semoga Allah melindunginya). Manakah yang kultus? Apakah memuji nabi yang kedudukannya telah ditinggikan Allah termasuk pengkultusan? Bila mereka merasa keberatan saat kita mengucapkan sayidina kepada Rasulullah dan kepada Ali, lalu mengapa para syeikh-syeih mereka di Saudi sana tidak keberatan sedikitpun dengan sebutan-sebutan pengagungan kepada para raja mereka ?

Selanjutnya saya pun ingin bertanya setelah mengutip tulisan Dr.Muhsin labib diatas, apakah memuji , dan mencintai Ali yang kedudukanya telah ditinggikan dan dipuji Allah dan Rosulnya adalah termasuk pengkultusan yang terlarang ? Bukankah tentang Ali Nabi pernah bersabda;”Barang siapa mencintai Ali maka ia telah mencintai Allah dan Rosulnya barang siapa membenci Ali maka ia telah membenci aku. Dalam kesempatan  lainnya,Rosul bersabda;’tidak akan mencintai kamu wahai Ali kecuali orang mukmin dan tidak akan membencimu kecuali orang munafik.hadis hadis seperti ini dapat dirujuk dalam kitab kitab ahlusunah berikut;
1.      Sahih Tirmidzi jilid 5 halaman 306 cetakan Darul fikri.
2.      Sunan Nasa-I jilid 8 halaman 116
3.      Tarih Damsyiq,Ibnu asakir jilid 2
4.      Sunan Baihaqi jilid 2 halaman 271 cetakan al maima  niyah
5.      Lisan al mizan oleh Ibnu hajar jilid 2 halaman 46
6.      Fathul Kabir oleh An  nabani jilid 1 halaman 446
7.      Muntahob kanzul Ummal Musnad Ahmad jilid 5 halaman 32
8.      Ihqaqul Haq oleh At tastari jilid 6 ]
9.      Mizan nul iidal oleh Addzahabijilid 2 halaman 28
10.  Mustadrak Al hakim jilid 3 halaman 130  
11.  Sawa iqul  Muhriqoh oleh Ibnu hHa ja r halam an 74
12.  Catatan pinggir  Nurul Absor oleh  Asshoban   Asyafii,  ha l  141    cetakan  Usmaniah ,   halaman      156 cetakan Assa`diyah
13.  Nurul Abshar oleh Assyablanji hal 73 cetakn Al   Usmaniyah, cetak,an 72 hal Assa`diyah
14.  Syarah  Nahjul  Bal;agoh  Ibnu Abil Hadid jilid 22 hal 341 cetakn  Beirut
15.  Aljami`us Shagir oleh Assuyuthi  hal  136 cet  Almaimaniyah

  Kami mencintai Allah, kemudian Rasulullah , lalu Ali dan anak keturunan mereka sebagaimana telah disyariatkan. Bila ada salafiyun yang berkata bahwa kecintaan kami pada Ali terlalu berlebihan. Maka kami akan bertanya kalau memang cinta kami pada Ali terlalu berlebihan,adakah ukuran yang di batasi oleh nash untuk mencintai Ali,Rosulullah dan anak keturunan mereka? adakah nash menjelaskan agar jangan terlalu mencintai Ali? tidak ada bukan? nash hanya memerintahkan mencintai Ali tanpa membatasi kecintaan tersebut dengan ukuran dan batas-batas tertentu dan batasan-batasan tertentu agar mencintai Ali jangan berlebihan adalah batasan yang tidak pernah ada dalam nash,bukankah kaum salafiyun yang membuat bidah tersebut?                

Ali dan Syiahnya adalah Sebaik-baiknya Makhluq
Keyakinan bahwa Bahwa Ali dan pengikutnya adalah sebaik-baik makhluk adalah memang benar merupakan keyakinannya penganut Islam Syiah.Ini adalah fakta. Bila memang keyakinan ini adalah suatu bentuk pengkultusan, maka pengkultusan ini adalah pengkultusan yang diperintahkan Allah dan RasulNya. Hal ini didasarkan pada penafsiran ayat berikut :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh adalah sebaik-baik makhluk “ para ulama syiah berdasarkan hadist-hadist Rasulullah yang bersumber dari ahlul bait menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dengan sebaik-baik makhluk ( khaerul bariyyah ) dalam ayat tersebut adalah Ali dan syiahnya.Lalu dimana kesesatannya ?
Bukankah hadist-hadist ahlusunnah pun meriwayatkan yang demikian, dan para ulama tafsir ahlusunnah pun banyak yang menyebutkan bahwa yang dimaksud Sebaik-baik makhluk (khaerul Bariyah ) dalam Surat Albayinat ayat 7 adalah ALi Dalam Durul Mansurnya Jalaludin Suyuthiu misalnya, saat turunnya ayat tersebut ( Qur`an Surat Albayinat ayat 7 ), Rasulullah kemudian bersabda : Hai, Ali sesungguhnya mereka ( yang sebauk-baik makhluk ) adalah engkau dan syiahmu ( Durul Mansur jilid 6 hal 379) . Bila saudara tidak percaya, silakan saudara buktikan langsung dengan merujuk sendiri pada kitab-kitab tersebut atau menanyakannnya pada Kyai-kyai ahlusunnah Nahdatul Ulama yang bersih dari doktrin-doktrin wahabi-salafi.
 Tidak  hanya Jalaludin Suyuthi ,para ulama ahli  tafsir ahlusunnah pun banyak yang menafsirkan demikian . Pembaca bisa mengecek Thabari dalam Kitab Tafsirnya jilid 6 halaman 379 (cetakan Al-Maimaniyah Mesir) , atau bisa merujuk mufasir Al ALusi dalam Ruhul ma`aninya pada jilid 30 halaman 207 juga menyebutkan hal yang sama bahwa YANG DIMAKSUD DENGAN SEBAIK-BAIK MAKHLUQ DALAM AYAT TERSEBUT ADALAH ALI DAN SYIAH (PENGIKUT)NYA. Bukankah Thabari dan Alusi ini adalah ulama besar ahlusunnah ? `Lalu Apakah parapengikut agama salafi akan menuduh ulama besar ahlusunah sekelas Thabari , ALusi dan Suyuthi sebagai orang-orang yang sesat karena menafsirkan bahwa khaerul bariyyah adalah Ali dan Syiahnya ? 
Tidak hanya itu, para ulama ahlusunnah lainnya pun banyak pula yang mengutip riwayat ahlusunnah yang menjelaskan  bahwa yang dimaksud Khaerul Bariyyah dalam ayat tersebut adalah Ali dan Syiahnya , silakan pembaca bisa merujuk sendiri  Assyaukani dalam Fathul Qodirnya ( jilid 5 hal477 ) dan Ibnu Hajar dalam Sawaiqul muhriwohnya ( halaman  96, cetakan Al-Maimaniyah Mesir / cetakan ALmuhammadiyah halaman 159 ) .lalu mengapa mereka sering kali menuduh bahwa keyakinan ini adalah keyakinan yang diada-adakan syiah dan bersumber dari keyakinan yahudi?


Oleh : Ki Akbar  alias Abu Sadra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar