Selasa, 03 Juni 2014

ORANG SYIAH MENGKULTUSKAN ALI, BENARKAH ? MENJAWAB TUDUHAN KAUM SALAFI II




Oleh Ki Akbar / Abu Sadra
Ali dan Para Imam Ahlul Bait Memiliki Pengetahuan Gaib dan Karomah dari Allah SWT


Meyakini hal tersebut di atas adalah memang keyakinan kami muslim syiah. Dengan keyakinan tersebut kami tidak hanya disebut-sebut mengkultuskan Ali bahkan mereka kaum salafi menganggap kami kafir dan sesat. Seandainya meyakini Ali memiliki pengetahuan gaib dan karomah dianggap salafiyun sebagai kesesatan., bukankah mayoritas muslim ahlusunah di Indonesia meyakini bahwa walisongo juga memiliki pengetahuan gaib dan karomah.Bukankah muslimin  Nahdatul Ulama dan para pengamal tarekat juga meyakini bahwa Syeih Abdul Qodir Jailani dan para kiayi langitan NU juga memiliki pengetahuan gaib dan karomah.
  Suatu hari seorang pengikut  agama wahabi salafi komen di group facebook saya,’”salah satu kesesatan syiah adalah karena mereka meyakini Ali  mempunyai pengetahuan gaib dan dapat berbicara dengan malaikat.Ini adalah keyakinan orang-orang yang dungu.Bukankah Nabi sendiri  tidak mengetahui hal gaib dan bukankah hanya para Nabi saja yang mampu berbicara dengan malaikat atas ijin Allah.”
Saya jawab ,” Keyakinan ente bahwa hanya para Nabi saja yang mampu berbicara dengan malaikat dan berinteraksi dengan alam malaikat adalah keyakinan batil yang bertentangan dengan Alquran. Justeru Qur`an suci menyebutkan berbagai kisah bahwa manusia saleh selain Nabi pun bisa berbincang-bincang dengan malaikat , berinteraksi dengan alam gaib dan menerima wahyu. Misalnya dalam kisah Maryam, quran menceritakan tentang seorang wanita suci yang  mempunyai karomah diosisi Allah. Dalam quran diceritakan bahwa Setiap kali Nabi Zakariya Alaihis Salam memasuki mihrab Sayidah Maryam as untuk menemuinya, maka ia mendapati makanan di sisinya, sehingga ia bertanya: “Hai Maryam, dari mana kamu mendapatkan makanan tersebut?” Pertanyaan itu dilontarkan Nabi Zakariya kepadanya, karena tidak ada orang lain yang turut memeliharanya selain Nabi Zakariya Alaihis Salam. Maryam pun menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (Ali ‘Imran: 37). Di mihrab tersebut Maryam , seorang wanita saleh yang bukan nabi berinteraksi dengan alam malaikat. Bahkan Surat Maryam pun memberitakan bahwa sang wanita saleh ini di berikan keistimewaan oleh Allah dapat bercakap-cakap dengan malaikat sebagai mana yang tertulis dalam surat maryam ayatb 24-26.apakah ente keberatan dengan al Quran yang dengan tegas membantah keyakinan ente bahwa hanya nabi saja yang dapat bercakap-cakap dengan malaikat .”
Selanjutnya saya menambahkan ,”Tidak hanya Maryam alaihassalam, Khidir yang diyakini bukan seorang Nabi oleh kaum agama Salafi dan sebagian ulama Islam juga dianugerahi pandangan mata batin yang menembus ruang dan waktu. Kisah tentang khidir yang dengan kemampuan visi gaibnya ini, dituturkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Dengan visi Ilahinya, khidir mampu “menerawang” ke masa yang akan datang. Selain Khidir, Qur`an mengisahkan pula tentang seorang ulama ahlikitab di zaman Sulaiman yang dianugerahi kemampuan memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejap , suatu kemampuan yang Musa sendiripun sebagai seorang Nabi tidak memilikinya “
“ Lo, yang memindahkan singgasana Ratu Balqis itu kan seekor Jin bernama Ifrit.” Selanya. Langsung saya jawab,” Nah, ini membuktikan bahwa ngaji ente masih disitu-situ saja. Yang ente bahas dari tahun ke tahun dalam pengajian ente cuma Bab Bid`ah-.. bid`ah dan bid`ah, ilmu ente ga nambah-nambah. KArena itu coba sekali-kali ngaji di tempat lain, jangan fanatik ngaji dio ustadz Salafi aja. Padahal pembahasan Alquran itu begitu luas. Ini ane tunjukin ayat  berikut dan silakan periksa Quran ente barangkali ente masih menuduh bahwa ayat ini dari Qur`annya orang syiah yang ada dalam alam khayal ente :  

“Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya).” (QS. An Naml (27): 38-40).

Bukankah semakin jelas dan terang benderang bahwa dalam ayat disebutkan bahwa yang memindahkan singgasana bukanlah Ifrit, tetapi seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab (Taurat) . Kitab Tafsir menyebutkan bahwa namanya adalah Ashif bin Balkhiya. Bila Quran menyebutkan bahwa seorang yang berilmu Kitab Taurat saja mampu memindahkan singgasana Balqis, maka tentunya bukan mustahil seorang Ali yang merupakan pintu ilmunya Nabi yang mewarisi Alquran yang lebih agung dari Taurat tidak mampu melakukan hal yang demikian.”

Setelah itu saya kembali bertanya pada salafiyun yang diam terpaku tanpa mampu menjawab ,” Bukankah ayat-ayat yang ane tunjukan ini dengan terang benderang membuktikan bahwa keyakinan ente bahwa hanya Nabi saja yang diberikan kemampuan gaib oleh Allah adalah sebuah keyakinan batil yang bertentangan dengan ALqur`an. Bukan begitu ? “
Penyebutan "Alaihissalam" untuk ALi

“ Selama ini memang kebiasaan muslim ahllusunnah menyebut para Nabi dengan sebutan `alaihi salam . Ini adalah sebuah tradisi kaum muslimin. Kita tidak pernah menemukan adanya hadist yang memerintahkan bahwa sebutan `alaihi salam hanya bagi para nabi dan rasul saja, selain mereka haram, tidak ada nash yang menyebutkan hal tersebut. Karena itu, berbeda dengan Muslimin pada umumnya, kaum muslimin  syiah memiliki kebiasaan menyebut `alaihi salam tidak hanya kepada para Nabi dan Rasul saja, para ibunda Rasul yang sholeh pun kami mengucapkan `alaiha salam. Seperti Siti Hajar `alaiha salam, siti Maryam `alaiha salam. ”

“ Bahkan para Imam pun  mendapat sebutan `alaihi salam setiap kali menyebut nama mereka `alaihimus salam, termasuk di dalamnya penyebutan untuk Imam `Ali karena beliau adalah termasuk salah satu Imam kami.  Dan tradisi ini tidak bertentangan dengan Qur`an suci. Dalam Qur`an Surat 20 ayat 47 disebutkan begini ; Dan selamat sejahtera ( salam ) bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk agama Allah  . Dalam ayat lainnya , yaitu Surat 6 ayat 54 disebutkan Dan apabila dating orang-orang yang beriman pada ayat-ayat kami , maka katakanlah “ atasmu salam “ . Jadi , Qur`an mengisyaratkan bahwa orang-orang mukmin yang mengikuti petunjuk selain Nabi juga berhak digelari `alaihi salam , atau salam atas mereka . Apakah Imam Ali bukan orang mukmin sehingga kita diharamkan mengatakan salam atasnya ? Apakah beliau bukan orang yang mendapat petunjuk  hingga kita tidak boleh mengucapkan salam bagi beliau ? “

Saya pun melanjutkan ,” Kami menyebut `Ali dengan sebutan `Ali `alaihisalam karena kami meyakini bahwa beliau mendapat petunjuk dan beliau adalah mukmin haqqi, bukan karena meyakini beliau adalah Nabi. Dalam seluruh kitab-kitab syiah kita akan temukan  predikat Amirulmukminin Ali atau  Sayidina Ali, tapi kita tidak akan pernah temukan kata  Nabi `Ali, tidak ada dan tidak pernah ada. Kecuali barangkali dalam situs-situs Salafi-wahabi pembenci syiah. Seperti halnya antum akan temukan penyebutan  Sayidah Hajar `alaiha salam, atau sayidah Maryam `alaiha salam,  bukan karena mereka adalah Nabi, tapi karena keshalehan dan keimanan mereka. Jadi, kalau ada Ustadz  Salafi yang mengaku ahlisyiah mengatakan bahwa bukti bahwa orang syiah menganggap Ali sebagai Nabi adalah dengan menyebut `alaihi salam dibelakang nama `Ali. Ini adalah fitnah murahan. Tidak ada hubungan antara kata `alaihi salam dengan kenabian .”

Derajat Ali di atas derajat Para Malaikat 

Kedudukan khalifah adalah suatu kedudukan yang teramat tinggi, sehingga  para malaikatpun bahkan diperintahkan untuk bersujud kepada Sang Khalifah sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas . Saat para malaikat “mempertanyakan”  kedudukan Sang Khalifah Ilahi , maka Allah memberikan mandat pada Sang Khalifah yang telah diajari ilmu asma`a kullaha ini, untuk menyampaikan ilmu tersebut  yang didapatnya langsung dari Ilahi kepada para malaikat.

Sebagian mufasir ahlusunnah berpendapat bahwa ilmu asma`a kullaha adalah pengetahuan tentang nama-nama benda. Guru kami Alhabib Ahmad Muhajir mengkritisi pendapat tersebut,” Ente kira Play Group? Malaikat diajari nama-nama benda oleh Adam sebagai khalifah : Ini kursi…ini bulan….ini bintang .. ente kira playgroup ? “

Seandainya ilmu asma`a kullaha ini adalah ilmu tentang nama-nama benda, bukankah para malaikat sudah mengetahui nama-nama benda?  Dalam rangkaian ayat di atas, disebutkan percakapan malaikat ,” Ya Tuhan kami, megapa engkau ciptakan seorang KHALIFAH (dari kalangan ) yang suka menumpahkan DARAH di muka BUMI? Malaikat sudah sangat mengenal dan bisa menyebutklan nama-nama benda seperti Khalifah, darah, dan bumi .Lalu untuk apa Adam Sang Khalifah menyebutkan nama-nama benda pada para malaikat ?

Dalam tafsir ahlul  bait sebagaimana yang dijelaskan guru kami Alhabib Ahmad Muhajir , ilmu asma`a kullaha adalah ilmu pengetahuan khusus yang diturunkan Tuhan pada Adam sebagai khlaifah pertama. Dalam ayat disebutkan ,” Hai Adam , ambi hum !” Ambi hum ini artinya terangkan pada mereka , bukan alimhum ! Alimhum artinya mengajarkan, sebagaimana seorang guru yang menurunkan ilmunya pada murid-muridnya . Adam diinstruksikan untuk sekedar menerangkan , bukan mengajarkan . Mengapa ? karena kapasitas malaikat sulit untuk memahami dan mengerti ilmu asma`a kullaha yang hanya dapat difahami oleh para Khalifah pilihan Ilahi saja .

Seorang khalifah dalam Alqur`an adalah   makhluk Tuhan yang menduduki kedudukan kepemimpinan alam semesta sehingga bahkan seluruh malaikat diperintahkan bersujud kepadanya. Selanjutnya  Allah menurunkan ilmu khusus kepada Khalifah yang diistilahkan dalam qur`an “asma`a kullaha” , suatu ilmu yang tidak dimiliki dan sulit difahami para malaikat. Sebagaimana disebutkan Inni ja`ilun fil ardi klhalifah, Sesungguhnya Aku ( Allah ) ja`ilun di muka bumi seorang khalifah. Kata ja`ilun disana adalah isim fail dan artinya terus menerus selama-lamanya. Allah akan selalu menjadikan seorang khalifah di muka bumi yang kepemimpinannya mencakup seluruh alam termasuk alam malakut, begitu kurang lebih terjemah bebasnya. Artinya kedudukan khalifah ini , yang kedudukannya teramat tinggi di atas malaikat , dan akan selalu ada hingga akhir zaman. Demikian kurang lebih penjelasan guru kami , ALhabib Ahmad Muhajir.

Mungkin kaum wahabi-salafi yang biasa mengaji pada Ibnu Taimiyah belum pernah mendengar hal ini. Bahwa seorang khalifah kedudukannya sedemikian tingginya, di atas para malaikat sehingga mereka para malaikat diperintahkan untuk bersujud pada Sang Khalifah. Mereka yang pengajiannya hanya membahas seputar  bid`ah dan bid`ah , dan belum pernah mendengar bahwa kedudukan seorang khalifah sedemikian tingginya sebagaimana yang disebutkan Alquran, tentu saja akan berteriak keberatan. Mereka berfikir bahwa para malaikat kedudukannya lebih tinggi dari manusia sempurna.

Lalu bila mereka mengatakan pada kami yang meyakini bahwa Ali yang khalifah ini derajatnya lebih tinggi dari para malaikat , bahwa kami mengkultuskan Ali ? Apakah mereka  tidak merasa bahwa mereka pun jelas-jelas mengkultuskan para malaikat di posisi yang lebih tinggi dari khalifah ?

Akan tetapi kami tidak meyakini bahwa hanya ALi saja yang menduduki posisi tinggi yang lebih tinggi dari malaikat. Kami meyakini bahwa  seluruh Nabi, Rasul dan para Imam , termasuk para wali , mereka adalah sosok insan kamil yang kedudukannya lebih tinggi dari derajat malaikat .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar